BELAJAR RASA


TELINGA pada hakekatnya hanyalah penghubung RASA, yang sejatinya bisa merasakan SEGALA RASA adalah HATI dan PIKIRAN (OTAK). Saya menyebutnya telinga ada dua kelompok(*) yaitu 2 Telinga kita (yang sama bentuk) kiri dan kanan, tetapi tidak bisa merasa dan 2 lagi telinga yang bisa merasa, yaitu HATI dan OTAK. Keempat organ tubuh kedudukannya dalam satu Koordinat Sumbu X dan Y, apabila ditarik dua garis lurus atas dan bawah pada masing-masing titik organ (OTAK dan HATI) sebagai sumbu Y, dan garis antara telinga kanan dan telinga kiri pada kedudukan yang seimbang membentuk garis/sumbu X. Suara sebagai symbol informasi (saya sebut saja informasi baik dan buruk) diterima oleh telinga tanpa diolah, informasi diteruskan ke OTAK, dan diolahnya. Informasi tersebut juga sampai pada organ HATI. Ketika koordinasi kerja 2 organ OTAK dan HATI tidak SEIMBANG atau TIDAK ADA KERJA SAMA, maka informasi tersebut diolah hanya pada salah satu organ saja OTAK atau HATI. Hasilnya, adalah sebuah Respon (tanggapan) yang dapat berbeda, bisa NEGATIF atau bisa POSITIF yang terkadang sampai pada level EKSTRIM. Masalahnya, … bagaimana menjadikan kerja 2 Organ OTAK dan HATI secara HARMONIS dan SINERGIS.

OTAK dan HATI adalah dua organ yang terletak pada garis/sumbu Y sebagai garis nilai atau Value atau Hasil. Garis nilai ini tergantung kepada seberapa besar penerimaan informasi yang masuk/diterima oleh TELINGA. Dan Nilai yang dihasilkan bergantung pada POSITIF atau NEGATIF (Baik atau Buruk) informasi yang diterima. Pertanyaan selanjutnya, Mengapa kedudukan OTAK di atas (di Kepala) dan HATI di bawah? Secara filosofis Hati adalah Penyeimbang OTAK (Ingat Hukum GRAVITASI BUMI), Jadi Ketika OTAK dalam Keadaan menerima informasi maka HATI akan menjadi PUSAT GRAVITASI OTAK (penyeimbang) dari NILAI/VALUE/HASIL analisis kerja OTAK atas informasi yang diterimanya.

MARI LANJUTKAN

Mari diberi contoh,…Ketika Si A marah kepada Si B dengan mengeluarakan suara/kata “ANJING” maka kata tsb bentuknya wujud ada yaitu kata dalam bentuk suara, diterima Telinga dan diteruskan ke OTAK dalam bentuk Simbol2. Kata ANJING adalah Simbol/nama dari Hewan yang memiliki perangai jelek, dst, dst. Pertanyaannya, mengapa Si B marah?, karena OTAK menganalisis kata ANJING sebagai SIMBOL HEWAN yang JELEK. Dalam LUINGISTIK atau Ilmu Bahasa, maka SIMBOL/KATA ANJING yang sudah dipahami karena Pemahaman BUDAYA (Indonesia), menjadi atau sebagai Nama Hewan yang kita kenal ANJING (dengan segala sifat jeleknya) maka Si B Merespon dengan RASA NEGATIF (RASA Marah), sebagai Hasil/Value/Nilai atas penterjemahan dari Simbol kata tersebut oleh OTAK. Apakah Si B bisa tidak marah?, bisa!. Coba sebut suatu kata bukan bahasa Indonesia yang memiliki pengertian yang TIDAK BAIK untuk disampaikan kepada Si B, Coba Apa reakasi Si B terhadap SUARA/KATA yang diucapkan Si A, padahal Si A lagi menghardik Si B. Hehehehe…yang ada Si B, Plonga-plongo?, Ngomong apa sih?

Masih ada Hubungan 2 Gambar Tadi

Abu Sa’id bin Abi al-Haz as-Sufi, berkata:

“Berangsiapa mendengarkan hanya dengan satu telinga, maka akan keluar lewat telinga lainnya. Dan barangsiapa mendengarkannya dengan ruh, lalu melekatkannya ke dalam jiwanya, merasakannya sampai meresap ke dalam relung kalbunya, memahami makna ruhiyahnya dan diilhami cintanya, maka terbukalah baginya segala yang ada”. — dengan Susy Chenyot Padmayasa.

Tinggalkan komentar